Saya selalu menyukai cara uztadz ini berceramah. Ringan tapi syarat makna, sederhana tapi efeknya luar biasa, ciri khasnya selalu mengajak orang lain bersedekah, yap benar...uztadz Yusuf Mansur. Tapi hari ini ternyata ceramahnya berbeda dari sebelumnya, kali ini tentang mati.
Kamis, 29 November 2012
Rabu, 24 Oktober 2012
Sketsa Tidak Jelas!!
kantor sewa
terinspirasi dari layar perahu dan burj dubai.. hahah
Diamond theatre
teater lagi.... konsep nd jelas :D
mesjid yang kubahnya terinspirasi dari clam (kerang mutiara)
rumah modern mengadopsi arsitektur toraja, hmm... tapi sepertinya tidak dapat adopsi arsitektur torajanya
Kamis, 18 Oktober 2012
Wakatobi: Journey and Destiny #part3
Akhir-akhir ini sering merindukan tempat itu. Terlepas dari semua letih atau kejadian buruk yang menimpa, tempat itu tetap saja akan menjadi tempat yang penuh kesan. Begitu banyak pengalaman berharga yang kudapatkan, tidak hanya soal dunia keteknikan tapi juga pelajaran hidup. Tempat inilah batu loncatan terbaikku, tempat ini juga menjadi saksi pertama kalinya aku merantau pergi jauh dari kota tempat aku dilahirkan dan dibesarkan. Tempat ini akan menjadi kenangan yang indah dan kubanggakan...Wakatobi.
Minggu, 07 Oktober 2012
Apa kau baik-baik saja?
Anggap saja kita sekumpulan balon berwarna-warni, setiap warna menggambarkan setiap karakter, dan kita adalah balon gas yang siap terbang.
Wisuda adalah waktu penentuan kapan kita harus dilepas ke angkasa. Perumpamaan yang sedikit tidak nyambung mungkin... tapi kira-kira begitulah gambarannya.
Selasa, 18 September 2012
Beribu Terima Kasih
Tak terasa telah berlalu setengah windu dia tak ada lagi
menemani hari-hariku. Laki-laki ini
memberi kontribusi yang tidak sedikit
pada diri dan hidupku. Aku jadi teringat
pada tulisan seorang teman tentang laki-laki pada anaknya. Bisa kukatakan
dengan lantang, dia adalah laki-laki pada anaknya. Dia memang bukan seorang ayah dari seorang
anak, tapi bagiku dia adalah bapakku, bapak dalam hidupku.
Masih teringat masa kecil ketika beliau mengingatkanku untuk
bekerja keras dalam meraih cita-cita sampai-sampai saat bermain pun harus
membawa buku. Dia sungguh jenius. Apa yang sering diceritakan padaku tentang
masa sekolahnya yang gemilang bukanlah bualan belaka karena kejeniusan itu
tetap melekat pada dirinya bahkan hingga usianya yang uzur. Dia menjadi guruku
di rumah, dan turut andil mendidikku hingga aku bisa merasakan peringkat
pertama berturut-turut saat SD. Sayang begitu banyak kenyataan pahit dalam
hidupnya yang ia hadapi sehingga nasibnya tak berbanding lurus dengan
kejeniusannya.
Langganan:
Postingan (Atom)