Halaman

Selasa, 18 September 2012

Beribu Terima Kasih

Tak terasa telah berlalu setengah windu dia tak ada lagi menemani hari-hariku.  Laki-laki ini memberi kontribusi  yang tidak sedikit pada diri dan hidupku.  Aku jadi teringat pada tulisan seorang teman tentang laki-laki pada anaknya. Bisa kukatakan dengan lantang, dia adalah laki-laki pada anaknya.  Dia memang bukan seorang ayah dari seorang anak, tapi bagiku dia adalah bapakku, bapak dalam hidupku.
Masih teringat masa kecil ketika beliau mengingatkanku untuk bekerja keras dalam meraih cita-cita sampai-sampai saat bermain pun harus membawa buku. Dia sungguh jenius. Apa yang sering diceritakan padaku tentang masa sekolahnya yang gemilang bukanlah bualan belaka karena kejeniusan itu tetap melekat pada dirinya bahkan hingga usianya yang uzur. Dia menjadi guruku di rumah, dan turut andil mendidikku hingga aku bisa merasakan peringkat pertama berturut-turut saat SD. Sayang begitu banyak kenyataan pahit dalam hidupnya yang ia hadapi sehingga nasibnya tak berbanding lurus dengan kejeniusannya. 

Senin, 17 September 2012

Semangatnya Tak Pernah Padam

Aku mengenalnya baru 2 tahun dan intensitas pertemuan kami pun bisa dihitung jari. Meskipun begitu sejak kali pertama bertemu dengannya aku sudah jatuh hati. Apa yang beredar dikalangan mahasiswa tentang sosoknya bahwa ia lebih dari sekedar ramah dan bersahaja ternyata bukanlah isapan jempol semata. Sederetan gelar akademis internasional yang disematkan mengikuti namanya tidak membuatnya sombong lantas memilih-milih dalam bergaul.

Saat Perayaan Cinta



Hatiku rasanya meluap tak menentu, mungkin karena bahagia bercampur haru. Hari ini kusaksikan kebahagiaan kakak tercinta mengawali hari barunya sebagai seorang istri. Meski tak terkatakan, aku yakin perasaan bahagia muncul pada diri semua orang hari ini.
Saat perayaan cinta memang begitu indah. Dua insan yang dahulu sepi kini menemukan teman berbagi, tak terkecuali kakakku. Kini tidak akan ada lagi pertanyaan ‘kapan menikah?’, atau berondongan perjodohan-perjodohan tak jelas yang dilayangkan, juga tak ada lagi ‘galau’ di penghujung hari karena umur yang menua dan  jodoh yang  tak kunjung tiba. Kini semuanya melebur dalam bingkai pernikahan. Didepan hanya ada optimisme akan  kebahagiaan yang tentunya tak akan lagi dipikirkan sendiri. Hmmm… aku bergumam dalam hati, mungkinkah seperti kakakku? Menikah dengan orang yang dicintai? Mungkinkah impian setiap wanita itu juga akan menjadi takdirku? Ah…lagi-lagi waktulah yang akan menjawabnya.

Jumat, 07 September 2012

Arti Sebuah Nama

Nama itu dapat berarti doa dan aku percaya itu. Waktu masih kecil sering bingung sendiri kenapa namaku terlalu panjang, lalu saat besar jadi bingung sendiri bagaimana menyingkat namaku (terutama mengisi lembar jawaban SNMPTN dan sebagainya), dan saat ingin membuat account  pada sebuah situs juga selalu bingung karena tidak ada family name yang bisa kucantumkan. Gegara nama yang panjang itu, nama panggilanku pun jadi bermacam-macam, mulai dari titi'oma (nama yang dilucu-lucukan), hesti, ulil (nama seekor ulat dalam acara siKomo), isti, istiqamah, dan terakhir nurul.
Namaku, Nurul Istiqamah Ulil Albab, itulah yang paling lengkap. Keempat suku katanya diambil dari bahasa Arab, dan keempat-empatnya adalah murni pemberian Bapakku, tidak ada tambahan dari siapapun. Nurul berarti cahaya, Istiqamah berarti teguh pendirian dalam tauhid dan tetap beramal saleh (QS Al Ahqaf :13), sedangkan Ulil Albab berarti orang yang berakal/senantiasa berfikir. Melihat dari artinya, terlalu berat bagiku menjadi orang yang seperti itu. Entah mengapa ayahku menamaiku seperti itu, dia menginginkanku menjadi anak yang 'begitu'. Kadang aku malu, saat orang-orang memintaku menjabarkan arti dari namaku. Aku malu karena aku tidak diriku tak bisa sesuai dengan namaku, dan nama yang indah itu..ahhh aku takut menjadi sombong karenanya. Meskipun begitu, aku bersyukur dianugerahu nama itu. 
Hari itu saat beres-beres rumah, aku menemukan sebuah buku agenda tua. Tahunnya menunjukkan sekitar 1989...heyy itu tahun lahirku!langsung saja aku membukanya. Buku itu ternyata milik Bapak, dan ketika kulihat tanggal 16 bulan Februari, kubaca isinya yang kira-kira begini, ' Hari ini terlahir anak kedua, kuberi dia nama 'Nurul Istiqamah Ulil Albab', lahirnya lebih cepat dan lebih mudah daripada yang pertama karena kelahirannya diiringi surat Yasin'. Masya Allah.. aku kemudian tidak mampu berkata apa-apa ketika membaca ini, hampir saja air mataku tumpah, Ya Allah... terima kasih karena menakdirkanku menjadi anak dari lelaki ini dan terima kasih aku terlahir dari rahim perempuan ini, ibuku.


Selasa, 04 September 2012

World Hijab Day! Hentikan Diskriminasi Karena Jilbab!

Hari ini, 4 September 2012, seluruh muslimah di dunia memperingatinya sebagai 'World Hijab Day'. Sejarah tentang hari ini dimulai saat sebuah negara di Eropa sana melakukan pelarangan untuk mengenakan simbol-simbol keagamaan termasuk hijab. Karena peraturan yang dibuat ini, dunia pun merespon dan memprotesnya. Tepat pada tanggal inilah, delapan tahun yang lalu, tahun 2004, diadakan Konferensi London yang dihadiri 300 delegasi dan 102 organisasi yang pada intinya mendukung Muslimah untuk dapat tetap menggunakan hijab. Pada hari ini juga, muslimah di dunia mengenang sosok seorang muslimah yang tangguh dalam mempertahankan hijab dan keislamannya, Marwah El Sherbini. Dia adalah seorang wanita Mesir yang tewas ditikam dengan 8 tusukan dalam  keadaan  hamil dalam sebuah ruang persidangan di Jerman.  Ketika pertama kali membaca kisahnya, hatiku rasanya teriris-iris. Dia menggugat seorang pria yang menuduhnya teroris hanya lantaran dirinya berhijab. Marwa berada di Jerman untuk menemani suaminya yang sedang mengambil doktor di Max Planck Institute. Bagaimana bisa sebuah ruang persidangan tidak bisa mendeteksi tergugat tengah membawa senjata tajam? lalu dimana penjaga saat itu, mengapa mereka membiarkannya? begitu bencikah mereka? ingin sekali saya mendapatkan jawaban yang logis dari mereka.