Halaman

Kamis, 02 Agustus 2012

Wakatobi : Journey and Destiny #part 1


Kehidupan ini kumpulan takdir, kita berjalan dari takdir yang satu menuju takdir yang lainnya. Hari itu, 15 Agustus 2011, kumantapkan kaki ini melangkah menuju sebuah pulau antah berantah. Ini pertama kalinya, saya keluar dari pulau berbentuk K (maksudnya pulau sulawesi) seorang diri. Demi mengejar cita-cita bekerja di sebuah perusahaan BUMN bidang konstruksi.
Sebenarnya Wakatobi, sudah sangat terkenal. Terumbu karangnya termasyhur di seluruh negeri, katanya sih paling bervariasi dan paling banyak jumlahnya. Orang-orang juga mengatakan, pemandangan alamnya secantik Bali. Jadilah pertama kali saat saya ditawarkan bekerja disana, saya begitu bersemangat. Apalagi di kantorku saat itu, saya merasa tidak akan bisa berkembang, sementara saya masih butuh banyak belajar. Gelar sarjana teknik dari kampus tidak cukup aplikatif diterapkan di lapangan. Saya merasa sangat bodoh dalam hal struktur sehingga perlu berlajar

Banyak teman-teman yang menyayangkan alasanku, kata mereka meskipun BUMN tapi saya akan tinggal jauh dari keluarga, istilahnya merantau. Sebenarnya saat itu saya juga khawatir, karena saya pernah mendengar dalil yang mengatakan, tidak boleh seorang wanita bepergian safar tanpa ditemani mahramnya. Namun demikian, saat itu keinginan saya terlalu membuncah, sehingga mengalahkan semuanya. 

Saya akhirnya menganggap semua itu pilihan yang berujung pada takdir. Pasti ada hikmah mengapa Allah menakdirkan saya disini. Ada sesuatu yang harus saya pelajari. Dan benar saja satu per satu tabir hikmah itu terungkap. Sebuah perjalanan dan takdir yang mungkin tidak akan aku lupakan seumur hidupku. 

*bersambung Insya Allah

1 komentar:

  1. Assalamualikum, gimana kabarnya sekarang? apa masih di tempat kerjanya ?
    sy lebih senang membaca "karena saya pernah mendengar dalil yang mengatakan, tidak boleh seorang wanita bepergian safar tanpa ditemani mahramnya". Semoga mba bisa diberi pilihan lebih baik ya :)

    BalasHapus