Tak terasa telah berlalu setengah windu dia tak ada lagi
menemani hari-hariku. Laki-laki ini
memberi kontribusi yang tidak sedikit
pada diri dan hidupku. Aku jadi teringat
pada tulisan seorang teman tentang laki-laki pada anaknya. Bisa kukatakan
dengan lantang, dia adalah laki-laki pada anaknya. Dia memang bukan seorang ayah dari seorang
anak, tapi bagiku dia adalah bapakku, bapak dalam hidupku.
Masih teringat masa kecil ketika beliau mengingatkanku untuk
bekerja keras dalam meraih cita-cita sampai-sampai saat bermain pun harus
membawa buku. Dia sungguh jenius. Apa yang sering diceritakan padaku tentang
masa sekolahnya yang gemilang bukanlah bualan belaka karena kejeniusan itu
tetap melekat pada dirinya bahkan hingga usianya yang uzur. Dia menjadi guruku
di rumah, dan turut andil mendidikku hingga aku bisa merasakan peringkat
pertama berturut-turut saat SD. Sayang begitu banyak kenyataan pahit dalam
hidupnya yang ia hadapi sehingga nasibnya tak berbanding lurus dengan
kejeniusannya.
Kukatakan dia jenius itu
tidak bohong kawan... bahkan orang Jepang pun mau mengambilnya ketika saat itu
dia sedang bekerja di sebuah perusahaan tambang terkenal di Pomala. Dia juga
pernah menemukan (membuat) antena parabola dan kompor listrik yang kala itu produknya
banyak dibeli oleh orang sekompleks ketika kami
tinggal di Pabrik Gula Takalar. Antena parabola bapakku berdiri
mendominasi mengalahkan antena-antena
impor yang mahal dan hanya bisa dibeli karyawan menengah keatas. Aku masih
ingat bahannya sangat sederhana, dari sebuah payung!, sayang aku tidak pernah
mengabadikan gambarnya.
Tentang ketulusan, bapakku ini jagonya. Dia tak pernah mengeluh mengantarku dengan sepeda motor butut dalam keadaan panas, hujan, sampai banjir. Masih terkenang saat SMP, jika hujan tiba, karena kami tidak punya jas hujan, dia memegang sendiri payung besar dengan tangannya sementara satu tangan lain memegang stir motor. Hey..jarak dari rumah ke SMP ku sangat jauh, SMP ku di dekat pelabuhan sementara rumahku di kabupaten tetangga yang untuk menggapainya harus lewat jembatan kembar. Dahulu kukira itu biasa saja, tapi setelah dewasa aku baru sadar tidak banyak orang tua yang bisa sesabar itu direpotkan oleh anak-anaknya. Ketika adik-adikku meminta mengantar ke sana sini, saya sudah lebih dulu marah dan mengeluh. Dia juga tidak mengeluh saat di akhir hayatnya dia berjuang luar biasa melawan penyakit kanker paru-paru yang telah menjalar ke otaknya. Bapakku ini memang seorang perokok yang sangat aktif. Aku sangat ingat ketika rasa sakit yang tidak tertahankan mengganggu dirinya pasca kemoterapi, dia sempat mengatakan sangat menyesal menjadikan rokok sebagai kawan karibnya.
Bapakku ini sangat menyukai anak kecil. Sama seperti mama
(mama angkatku), anak bagi mereka adalah pelita dalam kesunyian. Aku diambil sejak kecil dan tidak mengerti apa-apa dan saat-saat terakhir bapak, aku juga masih
seorang anak yang belum tahu apa-apa tentang balas budi. Dia tidak melihatku
memakai toga sarjana, padahal dialah orang pertama yang sangat senang ketika
akhirnya aku dinyatakan lulus pada jurusan arsitektur sebuah universitas negeri
di Makassar. Dia tidak lagi melihat perjuanganku setelahnya, dan yang paling kusesali adalah karena aku
sama sekali belum membalas satu pun kebaikannya.
Masih sangat berbekas diingatanku, dia rela menjadi penjaga fotokopi di masa pensiunnya demi bisa menghidupi keluarga, dan kata mama paling utama baginya adalah diriku. Yang penting dia bisa memberiku sekedar uang bensin ke kampus, atau membantu biaya kuliahku. Padahal aku ini siapa?
Masih sangat berbekas diingatanku, dia rela menjadi penjaga fotokopi di masa pensiunnya demi bisa menghidupi keluarga, dan kata mama paling utama baginya adalah diriku. Yang penting dia bisa memberiku sekedar uang bensin ke kampus, atau membantu biaya kuliahku. Padahal aku ini siapa?
Ketika seseorang meninggal dunia, semua hal telah terputus
kecuali 3 hal, yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang
sholeh. Semoga semua ilmu yang pernah
diajarkannya kepadaku tidak putus mengalirkan pahala untuknya juga, dan meskipun aku
bukanlah anak kandungnya, doaku untuknya tetap dikabulkan oleh Allah.
*ditulis saat langit Makassar sudah 2 hari tak kunjung cerah
Aku sangat merindukannya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar