Merencanakan hidup tentu hal yang penting. Seseorang pernah mengatakan, ' jika kau gagal berencana maka kau berencana untuk gagal'. Ungkapan ini menekankan bahwa setiap impian yang ingin kita raih harus direncanakan kalau perlu sedetail mungkin agar resiko kegagalan menipis. Manusia sungguh sangat perlu hal itu. Hanya saja, kita terkadang lupa. Begitu gigih merencanakan setiap detil untuk kehidupan terbaik kita, tapi selalu lupa bagaimana menyongsong kematian terbaik kita. Ya... sekali lagi manusia selalu lupa bahwa dia tidak akan selamanya di dunia. Ada garis bernama kematian yang akan memotong setiap jalan keinginan dan harapannya di dunia.
Allah Subhanahuwata'ala dalam Al Qur'an mengatakan :
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
"Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapa di antara kamu yang lebih amal perbuatannya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun " (QS Al Mulk : 2)
Kita bersyukur atas kehidupan yang diberikan olehNya. Kebahagiaan karena sempat merasakan hidup di dunia ciptaanNya yang begitu indah ini. Namun, seperti yang diungkapkan ayat di atas, mati pun akan dijumpai. Allah menciptakannya sebagai bahan ujian bagi kita siapakah yang memanfaatkan waktu hidupnya dengan sebaik-baiknya.
Di dalam As Shahih diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“Apabila seorang anak Adam meninggal, maka akan terputus amalannya kecuali tiga perkara : shadaqoh jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan kepadanya”.
copy hadist dari http://ashthy.wordpress.com/2007/06/22/amalan-yang-tak-terputus/
Dalil di atas merupakan nasehat yang sungguh penting dalam rangka mempersiapkan bekal kita menuju kehidupan akhirat. Pasalnya, tiga hal di atas tidak akan terputus meskipun raga dan jiwa tidak lagi menyatu. Dampak tiga hal tersebut akan terus mengalir sejak meninggal dunia hingga dibangkitkan kembali.
Shadaqah jariyah atau amal jariyah contohnya saat hidup kita memiliki harta lalu disumbangkan untuk pembangunan mesjid atau hal-hal yang bermanfaat bagi ummat, atau membagi-bagikan Al Qur'an secara gratis, maka setiap kali mesjid tersebut digunakan atau Al Qur'an pemberian kita dibaca maka pahalanya akan terus mengalir pada diri kita. Lalu yang kedua, ilmu yang bermanfaat. Memiliki ilmu merupakan aset luar biasa. Ketika ilmu mengenai kebaikan atau ilmu yang bermanfaat tersebut diajarkan lagi kepada orang lain dan orang tersebut memanfaatkannya untuk kebaikan, maka pahalannya pun akan terus mengalir. Misalnya, mengajarkan seseorang membaca Al Qur'an atau mengajarkan seseorang keterampilan tertentu yang kemudian dia gunakan untuk mencari rezeki yang halal, maka tidakkah kebermanfaatannya akan begitu terasa?. Kemudian yang ketiga, doa seorang anak shaleh. Khusus yang ini adalah keistimewaan mereka yang telah menjadi orang tua. Bukan hal mudah membesarkan dan mendidik seorang anak hingga dia menjadi seorang anak yang sholeh/sholehah terutama di tengah-tengah zaman yang penuh fitnah ini. Oleh sebab itu, wajarlah kebaikan yang ia tanamkan pada si anak kemudian akan menjadi ladang pahala bagi dirinya sendiri.
Mumpung masih hidup, persiapkan 3 hal di atas agar ketika maut menjemput nantinya amal tersebut tetap mengalir dan menerangi kubur-kubur kita. Bersegeralah pada hal-hal yang baik untuk dirimu..
Makassar, 19 Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar