Hari ini, 4 September 2012, seluruh muslimah di dunia memperingatinya sebagai 'World Hijab Day'. Sejarah tentang hari ini dimulai saat sebuah negara di Eropa sana melakukan pelarangan untuk mengenakan simbol-simbol keagamaan termasuk hijab. Karena peraturan yang dibuat ini, dunia pun merespon dan memprotesnya. Tepat pada tanggal inilah, delapan tahun yang lalu, tahun 2004, diadakan Konferensi London yang dihadiri 300 delegasi dan 102 organisasi yang pada intinya mendukung Muslimah untuk dapat tetap menggunakan hijab. Pada hari ini juga, muslimah di dunia mengenang sosok seorang muslimah yang tangguh dalam mempertahankan hijab dan keislamannya, Marwah El Sherbini. Dia adalah seorang wanita Mesir yang tewas ditikam dengan 8 tusukan dalam keadaan hamil dalam sebuah ruang persidangan di Jerman. Ketika pertama kali membaca kisahnya, hatiku rasanya teriris-iris. Dia menggugat seorang pria yang menuduhnya teroris hanya lantaran dirinya berhijab. Marwa berada di Jerman untuk menemani suaminya yang sedang mengambil doktor di Max Planck Institute. Bagaimana bisa sebuah ruang persidangan tidak bisa mendeteksi tergugat tengah membawa senjata tajam? lalu dimana penjaga saat itu, mengapa mereka membiarkannya? begitu bencikah mereka? ingin sekali saya mendapatkan jawaban yang logis dari mereka.
Lalu bagaimana dengan di Indonesia, yang notabenenya negara dengan populasi muslim terbanyak?. Hmmm... Alhamdulillah beberapa tahun terakhir kesadaran berjilbab atau berhijab semakin menunjukkan grafik yang meningkat, lalu berkembang lagi dengan jilbab yang kini menjadi tren. Namun demikian, ternyata masih banyak sisi kehidupan di negara ini yang mendiskriminasi jilbab.
Beberapa hari yang lalu, seorang teman kantor bercerita saat berfoto ijazah di fakultasnya, yang berhijab telinganya harus terlihat, itu adalah aturan disana. Katanya aturan itu agar mengetahui bahwa yang bersangkutan mempunyai telinga sehingga disimpulkan dapat mendengar alias tidak tuli. Aneh..bukankah banyak orang yang punya telinga tapi tidak bisa mendengar?. Saya juga termasuk yang banyak mengalami 'dibedakan' dan dikesampingkan karena jilbab saya. Jilbab saya ini besar, dan mungkin tidak 'good looking' istilahnya dalam dunia kerja , tapi apakah karena itu sehingga saya tidak bisa menunjukkan potensi saya?
Sudah menjadi hal yang biasa orang melihatku dari atas kebawah dengan pandangan yang tidak mengenakkan, tapi itu tidak akan membuatku ciut sehingga harus melepas jilbab ini. Saya harus kuat, karena apa yang saya alami ini, tidak seberat yang dialami muslimah lain di belahan dunia sana, saya belum berdarah-darah, juga belum diancam apapun, kalau hanya cibiran bukankah kita harus lebih kuat?
Saya tidak merasa berat menggunakan jilbab ini, mengapa mereka yang benci mengatakan kami terkungkung kami tidak bebas, padahal jilbab inilah kebebasan kami, bukti Islam memuliakan kami sebagai wanita. Ditutupnya bagian tubuh bukan berarti kehilangan hak untuk menunjukkan diri, tapi lebih pada menghargai bahwa tubuh ini tidak untuk dipertontonkan pada semua orang
Keyakinan itu harus kuat, karena janjiNya jauh lebih indah daripada dunia ini.
sumber:
thank you for visiting my blog :) keep blogging!
BalasHapusyou're welcome...thank you for you too
Hapus